DUMAI – Sebelum membaca siapkan dulu kopi Tampa gula bio sedap sruput kopi pelan-pelan sambil baconyo wak!.
Dunia sedang tidak baik-baik saja. Harga beras melambung, kurs rupiah melemah, dan krisis global membayangi Indonesia. Konflik internasional berkecamuk, dari perang di Eropa hingga konflik berdarah di Timur Tengah. Di dalam negeri, berita-berita korupsi mengisi headline, menyisakan rasa muak dan letih di dada rakyat.
Namun siapa sangka, di tengah kekacauan dunia itu, justru Dumai, sebuah kota pelabuhan strategis di Riau, yang menjadi sorotan. Bukan karena isu internasional, tapi karena gejolak di tubuh DPRD-nya sendiri.
Dalam beberapa pekan terakhir, keresahan publik Dumai mulai terdengar lantang. Isu-isu tak sedap terkait kinerja DPRD Kota Dumai, dugaan permainan anggaran proyek, dan kontroversi soal pembahasan APBD perubahan mulai menyebar ke publik. Namun, semuanya benar-benar pecah ketika satu tagar menghentak ruang maya:
#SaveDPRDKotaDumai
Tagar itu bukan sekadar unjuk rasa digital. Ia menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap apa yang mereka anggap sebagai kebuntuan wakil mereka. Dan di tengah pusaran itu, muncul satu nama yang berani berdiri di depan: Rendy Firdaus, SH, Sekretaris Komisi III DPRD Kota Dumai.
Dikenal sebagai sosok muda, vokal, dan kritis, Rendy Firdaus membuat gebrakan dengan secara terbuka memposting tagar #SaveDPRDKotaDumai di akun media sosial pribadinya. Sikapnya langsung menjadi pusat perhatian. Tak butuh waktu lama, gelombang pro dan kontra bermunculan. Sebagian warga menyebutnya sebagai “wakil rakyat sejati,” sebagian lainnya sinis, menyebut aksinya sebagai manuver politik pribadi.
Namun yang pasti, aksi itu mengundang respons cepat dari internal DPRD sendiri.
Rabu malam, 18 Juni 2025, saat kota Dumai mulai terlelap, justru Gedung DPRD mendadak terang benderang. Rendy Firdaus dipanggil oleh pimpinan dewan. Panggilan itu mendadak, tanpa penjelasan terbuka ke publik.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Rendy dipanggil untuk dimintai klarifikasi atas postingannya. Ada aroma tekanan, ada kemungkinan upaya membungkam, dan ada kekhawatiran bahwa sikap berani satu anggota dewan ini bisa membuka lebih banyak “kebobrokan” yang selama ini tersembunyi.
Di luar sana, masyarakat Dumai tidak tinggal diam. Grup-grup WhatsApp ramai dengan tangkapan layar postingan Rendy. “Berani posting, harus berani menghadapi,” begitu sebagian komentar. Tapi ada pula yang membalas, “Kalau semua anggota DPRD seperti Rendy, mungkin Dumai tak akan seperti ini.”
Kini, pertarungan bukan lagi soal siapa benar siapa salah, tapi soal siapa berpihak kepada siapa.
Di tengah dunia yang penuh kekacauan, Dumai punya kisahnya sendiri. Bukan soal rudal atau tank, tapi tentang suara rakyat yang kerap dikalahkan oleh ruang-ruang gelap penuh kepentingan.
Dan semua ini bermula dari satu tagar sederhana:
#SaveDPRDKotaDumai
#NalarPolitik
sumber : -H-454-N 085875424904 Suara Dumai