DUMAI – Ini tulisan saya yang ke dua, soal #SaveDPRDKotaDumai. Pelan-pelan bacanya wak, siap kan kopi tanpa Gula.
Dumai belum lupa. Nama Rendi Firdaus, anggota DPRD Kota Dumai, mendadak jadi sorotan. Bukan karena kasus korupsi, bukan karena skandal pribadi, tapi karena sebuah keberanian—berani bersuara lewat satu tagar yang menggetarkan jagat media sosial:
#SaveDPRDKotaDumai
Tagar yang sederhana, tapi menampar keras ke wajah-wajah yang selama ini bersembunyi di balik rapat-rapat yang penuh basa-basi.
Tak butuh waktu lama. Viral. Riuh. Menggema. Dan seperti biasa, siapa yang bersuara akan dipanggil. Dipertanyakan. Ditekan.
Rendi dipanggil pimpinan dewan. Bukan untuk diberikan penghargaan, tapi untuk “diingatkan” agar tahu diri. Agar diam. Agar tunduk.
Tapi pertanyaannya hari ini: Apa kabar Rendi Firdaus setelah itu? Masihkah ia tegak berdiri, atau justru mulai goyah diterpa tekanan kekuasaan?
Warga Dumai menatap dengan mata yang sama: penuh harap, penuh cemas.
Karena perjuangan bukan hanya soal berani membuat tagar. Tapi berani berdiri sendiri ketika yang lain memilih aman. Berani mempertahankan idealisme ketika godaan untuk diam lebih menggiurkan.
“Apa kabarmu, Rendi? Kami menunggu jawabanmu. Karena perjuangan tak berhenti di ruang rapat. Ini tentang harga diri kami sebagai warga Dumai. Ini tentang menyelamatkan lembaga wakil rakyat yang hari ini perlahan kehilangan wibawa di mata rakyatnya sendiri.”
Kami tak butuh pahlawan dadakan. Kami hanya ingin ada satu saja yang berani jujur. Berani bicara, walau harus sendirian.
#SaveDPRDKotaDumai bukan soal viral. Ini soal keberanian memilih: bersama rakyat atau tunduk pada tekanan.
Dumai belum selesai bicara. Dumai belum selesai berharap.
Dan hari ini… kami semua bertanya — apa kabar, Rendi Firdaus?
#NalarPolitik
sumber : group whatsapp suara Dumai
-H-454-N
0858-7542-4904
Editor : Feri Windria